Apa arti kata chagrin dalam bahasa Indonesia, akar kata, imbuhan, terjemahan, sinonim, antonim, frasa, contoh kalimat?
🎧 Fonetik
🔈Pengucapan Amerika: /ʃəˈɡrɪn/
🔈Pengucapan Inggris: /ʃəˈɡrɪn/
📖 Arti Kata yang Rinci
- noun (n.):rasa malu atau kecewa yang mendalam karena kegagalan atau kejelekan
Contoh: His failure caused him great chagrin. (Kegagalannya menyebabkan dia merasa sangat malu.) - verb (v.):membuat seseorang merasa malu atau kecewa
Contoh: The result chagrined the team. (Hasilnya membuat tim itu merasa kecewa.)
🌱 Akar Kata, Awalan, Akhiran
Akar kata: Berasal dari bahasa Perancis 'chagrin', yang semula merujuk pada suatu jenis kulit yang kasar, kemudian berkembang menjadi arti yang lebih abstrak tentang perasaan malu atau kecewa.
💡 Mnemonik Asosiasi
Menyangkut ke suatu adegan: Seseorang yang baru saja gagal dalam suatu kompetisi, tampaknya merasa sangat malu dan kecewa, menggambarkan 'chagrin'.
📜 Mnemonik Sinonim dan Antonim
Sinonim:
- noun: embarrassment, disappointment
- verb: embarrass, disappoint
Antonim:
- noun: pride, satisfaction
- verb: gratify, satisfy
✍️ Mnemonik Frasa
- filled with chagrin (penuh dengan rasa malu)
- to one's chagrin (mengecewakan)
📝 Mnemonik Contoh Kalimat
- noun: He felt a pang of chagrin. (Dia merasa sakit hati karena rasa malu.)
- verb: The bad news chagrined everyone. (Kabar buruk itu membuat semua orang merasa kecewa.)
📚 Mnemonik Cerita
Cerita dalam Bahasa Inggris:
Once, there was a young artist named Alex who was about to showcase his paintings. However, to his chagrin, the gallery was nearly empty on the opening day. Despite his initial disappointment, Alex decided to use the quiet space to reflect on his work. As he did, he realized that the true value of his art lay not in the number of viewers, but in the emotions and stories each painting conveyed. This realization lifted his spirits and turned his chagrin into a moment of profound self-discovery.
Cerita dalam Bahasa Mandarin:
Dulu, ada seorang seniman muda bernama Alex yang akan menunjukkan lukisannya. Namun, mengecewakannya, galeri itu hampir kosong pada hari pembukaan. Meskipun kecewa pada awalnya, Alex memutuskan untuk menggunakan ruang yang tenang untuk merenungkan karya-karyanya. Saat dia melakukannya, dia menyadari bahwa nilai sejati seni miliknya tidak terletak pada jumlah pemirsa, melainkan pada emosi dan kisah yang disampaikan oleh setiap lukisan. Realisasi ini meninggikan semangatnya dan mengubah rasa kecewanya menjadi momen penemuan diri yang mendalam.