Kamus QiuQiu

Apa arti kata neurotransmitter dalam bahasa Indonesia, akar kata, imbuhan, terjemahan, sinonim, antonim, frasa, contoh kalimat?

🎧 Fonetik

🔈Pengucapan Amerika: /ˈnjʊəroʊtrænzˈmɪtər/

🔈Pengucapan Inggris: /ˈnjʊərəʊtrænzˈmɪtə/

📖 Arti Kata yang Rinci

  • noun (n.):zat kimia yang dilepaskan oleh neuron untuk mengirimkan sinyal ke neuron lain atau sel reseptor
        Contoh: Dopamine is a type of neurotransmitter that affects mood. (Dopamine adalah salah satu jenis neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati.)

🌱 Akar Kata, Awalan, Akhiran

Akar kata: Dari kata 'neuro-' yang berarti 'saraf', 'trans-' yang berarti 'melintasi', dan 'mitter' yang berasal dari kata 'transmit', yang berarti 'mengirimkan'

💡 Mnemonik Asosiasi

Menyangkut ke fungsi saraf dalam tubuh: Ketika Anda merasakan sakit, itu karena neurotransmitter mengirimkan sinyal ke otak.

📜 Mnemonik Sinonim dan Antonim

Sinonim:

  • chemical messenger, synaptic transmitter

Antonim:

✍️ Mnemonik Frasa

  • Neurotransmitter imbalance (ketidakseimbangan neurotransmitter)
  • Neurotransmitter release (pelepasan neurotransmitter)

📝 Mnemonik Contoh Kalimat

  • Neurotransmitters play a crucial role in communication between nerve cells. (Neurotransmitter memainkan peran penting dalam komunikasi antara sel-sel saraf.)

📚 Mnemonik Cerita

Cerita dalam Bahasa Inggris:

In a small village, there was a scientist named Dr. Lee who was fascinated by the brain's mechanisms. One day, while studying neurotransmitters, he discovered a rare type that could potentially cure depression. Excited about his findings, he shared them with his colleagues, and they all agreed to work on developing a treatment. As they delved deeper into the research, they realized the immense impact neurotransmitters have on human emotions and behavior.

Cerita dalam Bahasa Mandarin:

Di sebuah desa kecil, ada seorang ilmuwan bernama Dr. Lee yang terpesona oleh mekanisme otak. Suatu hari, saat mempelajari neurotransmitter, ia menemukan jenis yang jarang bisa berpotensi menyembuhkan depresi. Antusias dengan temuannya, ia membagikannya dengan rekan-rekannya, dan mereka semua setuju untuk bekerja pada pengembangan pengobatan. Saat mereka mengeksplorasi lebih dalam dalam penelitian, mereka menyadari dampak besar yang dimiliki neurotransmitter pada emosi dan perilaku manusia.